Rabu, 13 Juni 2012

Saya Seorang Muslim Bukan Seorang Feminis

Gambaran muslim saat ini sungguh memilukan hati, banyak diantara mereka yang galau dengan ajaran islam yang sangat mulia ini, hanya untuk memperturutkan nafsu akhirnya bersekongkol dengan musuh demi tercapainya segala hawa nafsu tersebut. Pendidikan saat ini juga sangat jauh dari sistem Islam, akibatnya mereka berpendidikan tapi hanya materi yang dikejar, ruhiyah seakan tidak berguna dan menjadi barang rongsokan yang segera dibuang jika sudah penuh atau dikilokan agar dapat selembar rupiah untuk mengganjal perut. Akibatnya, mereka gampang sekali terinfeksi virus – virus yang disebarkan oleh kaum non muslim yang memang menginginkan kematian hati umat islam. Tak perlu masuk agama mereka, asal jalan hidup kita mengikuti gaya hidup mereka itu sudah cukup.
Ada yang mengklaim diri mereka seorang islam yang moderat, liberal dan mujtahid masa kini..tapi pemikiran mereka sama sekali tidak merujuk kepada Islam itu sendiri, mereka berani mengkritik ayat Alloh yang sudah pasti kebenarannya, dan  mereka lebih memilih  memakai pemikiran ulama dahulu yang ngelantur .
Seperti pemikiran tokoh Liberal Gundur Romli yang didominasi oleh tiga Ulama besar yang menurutnya adalah ulama pertama yang mencetuskan feminisme.
Yang pertama adalah Syaikh Rifaah Rafi’ al- Thahtawi ( 1801- 1873).  menurut Guntur Romli, beliau adalah muslim feminis pertama di era modern islam yang menggedor kesadaran umat untuk meninggalkan penindasan terhadap perempuan. Saat Ia direkomendasikan oleh gurunya untuk belajar ke Prancis , disanalah ia menyaksikan kesetaraan antara  perempuan dan laki- laki. Disana perempuan bebas bergaul dengan laki- laki, pergi kesekolah  dan menari bersama kaum laki- laki, walau begitu  tetap  tidak menghilangkan kesucian perempuan tersebut, sedang dinegrinya Mesir menurutnya wanita sangat terkekang dengan hijab yang membungkus seluruh tubuhnya.
Yang kedua adalah sheikh Muhammad Abduh, yang tidak jauh berbeda dengan pemikiran Riffah, akibat aktifitas`politiknya ia diasingkan ke Prancis, setelah kembali ke Mesir ia merubah siasatnya. Prinsip kesetaraan antara laki- laki dan perempuan ditegaskan olehnya dengan mengutip  dalil Alquran dan hadist sembari memberikan tafsiran yang  mencerahkan. Salah satu sumbangan penting nya adalah membongkar  mitos penciptaan  yang menjadi sebab musabab  stereotype  gender perempuan. Menurutnya Adam adalah makhluk pertama yang diciptakan , selanjutnya Hawa yang dibentuk dari tulang rusuknya , Abduh menentang pemahaman ini dengan merujuk kepada surat An- Nisa : 1. Manusia diciptakan dari jiwa yang satu dan menentang bahwa nafs wahidah itu adalah Adam.
Masih menurut Abduh, tubuh perempuan  bergerak  menjadi tubuh sosial yang diatur oleh hukum, adat, dan laki- laki pada saat itu. Abduh lebih konsen terhadap hukum pernikahan, ia mengharamkan poligami dan  ia juga berpendapat bahwa perceraian juga harus disamakan dengan hukum pernikahan, dimana ada wali dan saksi.
Yang ketiga adalah Qosim Amin, ia adalah muslim feminis yang paling popular, ia menegaskan penindasan perempuan berasal dari sistem politik yang dzalim. Ia juga menolak  poligami.
Ya..itulah Guntur Romli, ia hanya mencari Ulama yang bisa menguatkan akalnya, tapi tertutup dan tidak mau meneladani para ulama fuqaha yang hanif dan lurus. Dalam otaknya sudah terdoktrin bahwa manusia harus berkembang, begitu juga dengan kitab suci yang harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Ia memperlakukan Alquran selayaknya Bibel yang setiap tahunnya selalu direvisi. Ia tidak sadar dan lupa siapa Pencipta Alam ini, siapa yang memberinya nafas`secara gratis, memberinya akal untuk berpikir, tangan untuk menulis dan aktifitas lainnya, ia lupa siapa yang memberinya rizqi. Mungkin ia baru akan menyesal ketika ajal sudah sampai ditenggorokannya, nau’dzubillah semoga Alloh memberinya hidayah dan kembali kepada Islam yang kaffah.
Lalu berputar haluan membela agama Alloh bukan agama para homo, bukan agama para penista Alquran, bukan agama para penyembah setan. Menjadikan syariat islam sebagai jalan hidupnya bukan liberalism yang melawan Tuhan dan para utusannya. Mengajak umat kembali kepada Alquran bukan menyuruh mereka untuk mengkritik ayat- ayat quran.
Sangat aneh, mereka Islam tapi tidak mau diatur oleh syariat islam, lebih mengedepankan perasaan dan akalnya. Mereka bangga tumbuh menjadi generasi yang kritis, kritis yang salah kaprah karena berani menghujat isi alquran. Sebagai seorang tokoh ia mendoktrin para mahasiswa islam untuk bersikap kritis terhadap hukum Alloh, baik dalam Alquran maupun Al -Hadist. Kaum intelek Liberal ini juga tak segan- segan memberikan gelar terbaik untuk para mahasiswa yang mampu mengkritik  beberapa ayat Alquran dan memberikan solusi untuk umat yang berasal dari hasil pemikirannya. Mereka  menyebut nya sebagai mahasiswa cerdas, sedangkan mahasiswa yang teguh berpegang dengan prinsip syariat mereka memberikan label mahasiswa primitive.
Inilah segala upaya  yang mereka lakukan untuk menggulung umat islam hingga tak ada lagi dimuka bumi ini, mereka menyiapkan sistem Dajjal untuk menyambut kedatangannya. Dimana semua dibalik, yang haq menjadi bathil dan yang bathil menjadi haq. Surga mereka gambarkan seperti neraka, sedangkan neraka digambarkan seperti surga. Itulah sistem Dajjal.
Tidak harus menjadi feminis jika ingin menikmati kebebasan , cukup menjadi muslim yang taat, yang berilmu sehingga tidak memiliki pemikiran yang dangkal. Tidak ada Agama selain Islam yang lebih memuliakan perempuan, tidak ada aturan hukum yang lebih mensejahterakan selain syariat islam. Bagaimana mungkin kita akan mengambil ilmu dari orang- orang yang belajar islamnya di Negara kafir. Yang megharamkan yang halal, dan meghalalkan yang haram?
Sekali lagi tidak harus menjadi feminis karena Alloh telah memberikan kita pilihan- pilihan jalan hidup dan membebaskan kita untuk memilih mana jalan yang akan kita tempuh, dan Alloh tidak pernah memaksa kita untuk mengikuti aturannya, semua aturan dari-Nya adalah tanda kasih saying-Nya kepada manusia agar tidak tersesat dalam melangkah, agar mengenali siapa dirinya dan Penciptanya.
Tidak harus menjadi feminis untuk menuntut persamaan hak dengan laki- laki karena Alloh telah berfirman :
“Barang siapa beramal shalih , laki-laki maupun wanita, sedang ia dalam keadaan beriman, niscaya Kami berikan kehidupan yang baik dan Kami sediakan sebaik-baik pahala bagi amal-amal yang mereka lakukan.” (QS an-Nahl:97)
“Barang siapa melakukan kejahatan, akan dibalas sebanding dengan kejahatanya, dan barang siapa melakukan amal shalih, laki-laki maupun wanita sedang ia beriman, mereka masuk syurga, beroleh rizki di dalamnya yang tak terhingga.” (QS al-Mu’min:40)
Allah Subhanahu Wata’ala juga berfirman dalam hal pendidikan :
“Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS al-Mujaadilah:11)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Siapa yang dikehendaki Allah akan mendapat kebaikan, maka dipandaikan dalam hal dien (agama).” (HR Bukhari)
“Janganlah kalian larang wanita-wanita itu mengambil bagian mereka (beribadah, menuntut ilmu, beramal) di masjid-masjid, manakala mereka meminta izin kepadamu.” (HR Muslim)
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman yang artinya:
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua sanak kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak, menurut bagian yang ditetapkan.” (QS an-Nisa’:32).
Oleh : Iqtina Khansa

0 komentar:

Posting Komentar