This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 29 Mei 2012

Surat Terbuka Istri Jubir HT Pakistan Kepada Kayani, Gillani, Zardari

( Di harapkan membaca halaman ini >> " Jendral Kiyani Mengirim Preman Untuk Menculik Naveed Butt, Juru Bicara Hizbut Tahrir Pakistan "sebelum membaca isi surat di bawah ini agar memperjelas bagi anda yang belum tahu berita terkait sebelum nya )


Kantor Media Hizbut Tahrir
Wilayah Pakistan
No        : 12022
Tanggal: 24 Jumadul Akhir 14233 H/15 Mei 2012 M
Surat Terbuka dari Isteri Juru Bicara Resmi Hizbut Tahrir di Pakistan
Kepada Kayani,Gillani, Zardari dan semua Antek Amerika
Wahai budak Amerika!
Kalian tahu betul bahwa suami saya Naveed Butt, Juru Bicara Resmi Hizbut Tahrir di Pakistan, pada tanggal 11 Mei 2012 hari Jumat pukul 12.30 sedang menjemput anak-anak kami dari sekolah pulang ke rumah.  Sebelum sampai pintu gerbang rumah, delapan sampai sepuluh orang pegawai dinas rahasia menyergapnya dan memasukkannya ke mobil van Suzuki, mobil yang biasa digunakan oleh dinas intelijen Pakistan, ISI.  Kejadian itu terjadi di depan saksi-saksi mata tetangga kami.  Saksi mata mengatakan bahwa salah satu mobil intelijen memotong jalan mobil Naveed dan dari mobil itu keluar delapan sampai sepuluh orang yang memakai seragam hitam-hitam bertuliskan “Keamanan -Security-”. Mereka didampingi oleh petugas resmi intelijen berpakaian Shalwaar kameez warna putih polos yang menjadi pakaian resmi mereka. Kejadian itu membuat anak-anak saya ketakutan dan lari ke rumah sambil menangis.  Anak-anak kami ada empat orang yang paling besar umur 10 tahun dan yang bungsu berumur dua tahun.
Kalian semua tahu apa “kejahatan” suami saya yang menyebabkan dia kalian culik.  Kalian tahu betul kenapa “tuhan” kalian Amerika menganggap hal itu sebagai kejahatan.  “Kejahatan” suamiku adalah bahwa dia menjadi juru bicara resmi Hizbut Tahrir di Pakistan, sebuah Partai Islami terbesar di dunia Islam yang berjuang untuk menegakkan kembali al-Khilafah ar-Rasyidah kedua untuk melanjutkan kembali kehidupan Islami.
Pada tahun 2003 Musharraf memaksakan pelarangan atas Hizbut Tahrir sebab Hizb mulai mendapatkan kepercayaan masyarakat secara luas dan cepat, termasuk dari para tokoh masyarakat.  Lepas dari semua itu, di sana tidak ada seorang muslimpun yang tidak menghendaki satu Daulah Islam dengan satu pemimpin dari pada 57 negara. Oleh karena itu karena ketakutan sangat dari Amerika terhadap penerimaan luas terhadap ide ini, maka Amerika mendektekan kepada kalian untuk melarang Hizbut Tahrir.  Sejak saat itu dinas rahasia mulai melakukan serangan tanpa henti termasuk penangkapan, pelecehan dan penculikan terhadap anggota-anggota Hizbut Tahrir.  Mereka telah berusaha menculik suami saya pada sejumlah kesempatan, dimana dia pernah dikepung oleh aparat polisi yang mencoba menculiknya.  Akan tetapi Allah SWT melindunginya dan menyelamatkannya setiap kali terjadi upaya itu.  Sampai-sampai sebelum pelarangan itu pun kami sudah hidup dibawah tekanan ancaman penculikan.  Ancaman itu terjadi di negeri Islam oleh dinas yang menyebut dirinya sendiri islami, yang seharusnya peran dan tugasnya adalah melindungi kaum muslim dari musuh-musuh Islam dan kaum muslim.  Akan tetapi sungguh ironis, lembaga-lembaga itu justru bekerja seperti preman bayaran untuk melindungi penguasa-penguasa boneka Amerika seperti kalian.  Sampai mereka memata-matai kaum muslim dan menculik orang-orang mukhlis serta memenjarakan mereka dikarenakan mereka ingin menerapkan Islam secara penuh di Pakistan, padahal Pakistan adalah bumi yang tumbuh dengan sebutan Islam.  Satu-satunya “kejahatan” orang-orang muslim itu adalah bahwa mereka angkat suara demi Islam dan menyebarkan dakwah yang menjadikan kalimat Allah menjadi yang tertinggi di atas muka bumi ini dan dikarenakan mereka berjuang supaya Islam menjadi yang dominan atas seluruh dunia.
Wahai orang-orang yang menjual dirinya dengan murah kepada Amerika! Apakah kalian yakin bahwa dengan aksi-aksi tak terhormat dan pengecut seperti ini kalian akan bisa menghalangi tegaknya daulah al-Khilafah?  Atau dengan berbagai ancaman kalian kepada kami kalian akan bisa menghalangi kami dari berjuang untuk menegakkan daulah al-Khilafah?  Demi Allah sekali-kali tidak bisa.  Bahkan kami katakan kepada kalian apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw menyeru para pemimpin Quraisy:
وَاللهِ لَوْ وَضَعُوْا الشَّمْسَ فِيْ يَمِيْنِيْ وَالْقَمَرَ فِيْ يَسَارِيْ عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الدِّيْنَ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى يَظْهَرَهُ اللهُ أَوْ أَهْلِكُ دُوْنَهُ
Demi Allah andai mereka letakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku tinggalkan agama ini, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya
Begitulah wahai para pengkhianat umat dan musuh-musuh agama ini.  Lakukan apa yang kalian inginkan!  Kumpulkan orang-orang bayaran yang kalian mau diantara sekutu-sekutu dan “tuhan’tuhan” kalian baik Amerika, Inggris, Eropa dan orang-orang yang memerangi Allah dan pasukannya, dan kalian akan melihat siapa yang akan meraih kemenangan?
Apa yang kalian raih dari penculikan satu orang, Naveed Butt?  Apakah kalian yakin bahwa dakwah kepada al-Khilafah akan berhenti?  Ataukah kalian akan mendapat sorak dan tepuk tangan serta penghormatan di kuil-kuil Amerika untuk kesuksesan kalian dalam mengirim 8-10 preman untuk menculik satu orang, seorang yang ringkih dan sakit, lalu kalian jebloskan ke tahanan rahasia kalian tanpa proses pengadilan atau perundang-undangan?! Jadi selamat atas undang-undang dan hukum rimba di bawah pemerintahan kalian!
Sedangkan berkaitan dengan kalian wahai para pegawai dinas rahasia, saya katakan kepada kalian, takutlah kepada Allah.  Sungguh aib bagi kalian sebab kalian tidak berbuat untuk melindungi Islam dan kaum muslim.  Kalian dengan aksi-aksi ini maka kalian mengkhianati Allah, Rasul-Nya dan kaum mukmin demi kepentingan musuh-musuh kita yang paling buruk.  Sungguh tangan-tangan Kayani, Gillani dan Zardari berlumuran darah kaum muslim tak berdosa dari daerah persukuan dan Afganistan dan di seluruh penjuru Pakistan.  Jika dengan perbuatan-perbuatan ini kalian meyakini menjamin makanan dan minuman untuk keluarga kalian, maka kalian pada hakikatnya menghancurkan masa depan kalian dan masa depan anak-anak kalian.  Sebab jika kalian menghancurkan negeri ini lalu dari mana sumber tempat kalian mencari rizki?  Sedangkan berkaitan dengan kehidupan abadi, kehidupan akhirat, maka sesunguhnya kalian menyia-nyiakan kesempatan kalian dalam hal itu.  Maka takutlah kepada Allah sebab kalian adalah muslim, dan kalian itu bukan orang kafir.  Kalian harus menentukan loyalitas kalian kepada Islam atau kekufuran, yakni bersama Gillani,Kayani dan Zardari atau bersama Hizbut Tahrir dan kaum muslim?  Ketahuilah bahwa pemerintahan para pengkhianat itu tergadai pada aksi-aksi kalian dan tegak diatas pundak-pundak kalian.  Jika kalian memutuskan mengguncang bumi dari bawah kaki-kaki mereka maka kalian akan termasuk orang-orang yang beruntung di dalam kehidupan ini dan Allah memberi balasan kepada kalian dengan kebaikan di akhirat.
Wahai Kayani, Gillani dan Zardari! Lepaskan Habibullah Saleem dan suami saya segera! Ketahuilah bahwa makin bertambah hari kalian menahan mereka di dalam tahanan rahasia maka akan menambah hukuman yang akan dijatuhkan atas kejahatan-kejahatan kalian.  Sebab wajib kalian ketahui bahwa al-Khilafah akan meminta pertangungjawaban kalian atas setiap kejahatan yang kalian lakukan.  Dan demi Allah hari itu sudah sangat dekat.  Yaitu hari dimana tali kekang akan dilemparkan menjerat leher kalian.  Dan akhir nasib orang-orang yang melakukan kejahatan selalu menjadi pelajaran bagi mereka yang mengambil peringatan mereka!

Dukungan Tokoh Umat Jabar Mengalir terhadap Perjuangan Penegakkan Khilafah

Gedung megah “Sasana Budaya Ganesha” (SABUGA) Bandung yang seringkali menjadi tempat event nasional bahkan internasional tersebut menjadi saksi peneguhan komitmen sekitar 3500 orang tokoh umat terhadap perjuangan penegakkan syariah dan khilafah. Acara yang digelar pada hari Ahad 6 Rajab 1433/27 Mei 2007 tersebut mengangkat tema yang sangat spesifik “Khilafah, Model terbaik Negara yang Menyejahterakan”.
Terlihat, beberapa orang tokoh Jawa Barat yang hadir dalam acara tersebut. Dari kalangan intelektual diantaranya Prof. Dr. Dede Mariana, (Guru Besar Ilmu Politik Unpad), Prof. Dr. Deddy Mulyana, MA (Guru Besar Ilmu Komunikasi Unpad), Dr. KH. Abdul Hamid, M.Ag., (Muballigh-Dosen UIN SGD), Dr. Anton Minardi (Dosen Ilmu Politik UNPAS), Dr. Yazid Mindad (Dosen ITB), Kol (Purn) Herman Ibrahim (Pengamat Politik-Intelijen).
Dari Ormas Islam dan Ulama hadir diantaranya; Drs. KH Rafany Achyar (Sekretaris MUI Jabar), KH Ayat Dimyati (Ketua PW Muhamadiyah Jabar), Drs. KH Adam Anhari (Pimpinan Syarikat Islam Jabar), KH Dindin Jamaludin, MM (Ketua Umum BKPRMI Jabar), KH Uay Saefuddin (Pimpinan Mathlaul Anwar Jabar), KH Burhan Ali (Pesantren Darul Ulum Ciamis),  KH Ali Bayanullah (Pesantren Tahfizh Quran, Tj, Sari, Sumedang).
Adapun beberapa tokoh yang tidak bisa hadir, karena berbagai kesibukan, namun tetap memberikan dukungan terhadap kegiatan dan perjuangan penegakkan Syariah dan Khilafah diantaranya Drs. KH Bahrul Hayat (Ketua DDII Jabar). Kyai Bahrul Hayat menyatakan dalam pesan pendeknya “Kami keluarga Besar DDII Jabar menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada konferensi tokoh umat HTI Jabar. Semoga sukses dan menghasilkan konsep terbaik negara khilafah dan semoga negara khilafah segera terbentuk”.
Dr. (HC) Mursalin Dahlan, aktivis sekaligus pimpinan wilayah Muhammadiyah Jabar menyatakan “Pak Luthfi, saya tidak bisa menolak tugas persyarikatan, walau saya sudah berusaha. Ahad nanti saya ditugaskan ke Sumedang memberikan ceramah dalam pertemuan pesantren Muhammadiyah. Insya Allah lain waktu. Semoga HTI semakin hebat dan sukses. Amiin”.
Selain itu mantan Gubernur Jabar, Dr. H. Danny Setiawan, M.Si. beliaupun menyampaikan pesan “Pak Luthfi, sangat menyesal saya tidak bisa bergabung di Sabuga hari ini, saya dan keluarga masih di luar kota, baru nanti malam kembali. Namun saya berharap dan mendoakan acara HTI di Sabuga sukses sesuai harapan. Mohon handout/hasilnya saya copy-nya. Terimakasih sebelumnya. ”
Selain itu, dari kalangan politisi Ketua DPW Hanura Jabar, Azhar Aung juga menyampaikan dukungannya, “Semoga berjalan lancar dan menghasilkan semakin dipublished, banyak yang paham dan mendukung khilafah. Saya pribadi sangat mendukung gerakan HTI”.
Begitu pun Ketua Dewan Fatwa MUI Jabar Prof. Dr. KH Salim Umar menyatakan “Ya saya mendoakan mudah-mudahan konferensi tokoh umat berjalan lancar dan mencapai hasil maksimal, Amiin ya Robbal Alamin”.[] mijabar





Puasa Sunnah di Bulan Rajab, Adakah ?

Tanya :
Ustadz, mohon dijelaskan tentang puasa sunnah di bulan Rajab. Adakah dalilnya?(M. Qibtiyah, Depok)
Jawab :
Para ulama berbeda pendapat mengenai puasa sunnah pada bulan-bulan haram (Zulqa’dah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab) dalam tiga versi. Pertama, menurut ulama Malikiyah dan Syafi’iyah, disunnahkan berpuasa pada seluruh bulan haram. Kedua, ulama Hanabilah hanya mensunnahkan puasa bulan Muharram saja, berdasarkan sabda Nabi SAW,”Shalat paling utama setelah shalat wajib adalah shalat lail, sedang puasa paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa bulan Muharram.” (HR Muslim). Ketiga, ulama Hanafiyah berpendapat yang disunnahkan dari bulan-bulan haram hanya tiga hari pada masing-masing bulan haram, yaitu Kamis, Jum’at, dan Sabtu. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, 2/590; Abdurrahman Jaziri,Al Fiqh Ala Al Madzahib Al Arba’ah, 1/378; Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah,28/81; Yusuf Qaradhawi, Fiqh As Shiyam, hlm. 125 & 141).
Menurut penulis, yang rajih/kuat adalah pendapat pertama yang mensunnahkan puasa pada seluruh bulan haram, berdasarkan dalil umum yang ada dalam masalah ini. (Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, 6/386; Imam Syaukani, Nailul Authar, hlm. 880; Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkam As Shiyam, hlm. 152). Dalilnya hadis dari Abu Mujibah Al Bahiliyah RA, dari ayahnya atau pamannya,”Aku pernah mendatangi Nabi SAW lalu berkata,’Wahai Nabi Allah, saya laki-laki yang pernah datang kepadamu pada tahun awal [hijrah].’ Nabi SAW berkata,”Lalu mengapa tubuhmu jadi kurus?” Dia menjawab,”Aku tak makan di siang hari, aku hanya makan di malam hari.” Nabi SAW bertanya,”Siapa yang menyuruhmu menyiksa dirimu?” Aku menjawab,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini kuat.” Nabi SAW berkata,”Berpuasalah pada bulan sabar (Ramadhan), dan satu hari setelah Ramadhan.” Aku berkata,”Aku masih kuat.” Nabi SAW berkata,”Berpuasalah pada bulan sabar, dan dua hari setelah Ramadhan.” Aku berkata,”Aku masih kuat.” Nabi SAW berkata,”Berpuasalah pada bulan sabar, dan tiga hari setelah Ramadhan, dan berpuasalah pada bulan-bulan haram.” (HR Ibnu Majah no 1741; Abu Dawud no 2428, Ahmad no 20589). Imam Syaukani menerangkan,”Dalam hadis ini terdapat dalil pensyariatan puasa pada bulan-bulan haram.” (Imam Syaukani, Nailul Authar, hlm. 881).
Sebagian ulama seperti Nashiruddin Al Albani dalam Dha’if Abu Dawud menganggap lemah hadis di atas, karena terdapat ketidakpastian siapa nama periwayat hadis dari kabilah Al Bahilah itu. Namun Imam Syaukani tetap menguatkan hadis tersebut, dengan menukil pendapat Imam Mundziri yang menyatakan perselisihan nama shahabat semacam itu tak membuat cacat suatu hadis. (Imam Syaukani, Nailul Authar, hlm. 881; Wablul Ghamam Ala Syifa` Al Awam, 1/514).
Adapun dalil-dalil khusus yang mensyariatkan puasa di bulan Rajab, menurut para ulama hadis-hadisnya memang lemah (dhaif). Imam Syaukani meriwayatkan dari Ibnu Subki, dari Muhammad bin Manshur As Sam’ani yang berkata,”Tak ada dalil hadis yang kuat yang mensunnahkan puasa bulan Rajab secara khusus. Hadis-hadis yang diriwayatkan dalam masalah ini berstatus wahiyah (sangat lemah) yang tak menggembirakan ulama.” (Imam Syaukani, Nailul Authar, hlm. 881).
Imam Syaukani mengatakan meski tak ada dalil khusus yang layak menjadi dasar puasa di bulan Rajab, namun dalil umum tentang anjuran puasa bulan-bulan haram tetap dapat diamalkan. Jadi, puasa di bulan Rajab hukumnya tetap sunnah, hanya saja sebaiknya tak berpuasa sebulan penuh, mengingat hadis Nabi SAW,”Berpuasalah kamu pada bulan-bulan haram dan berbukalah (diucapkan tiga kali), Nabi SAW lalu memberi isyarat dengan tiga jarinya, menghimpun tiga jari itu lalu menguraikannya.” (HR Abu Dawud, no 2428). (Imam Syaukani, Nailul Authar, hlm. 880). Wallahu a’lam. (KH. Shiddiq al Jawie )


Ma’al Hadîts Asy-Syarîf: Kesucian Darah Seorang Muslim

Imam al-Khuthabi dalam “Ma’âlim As-Sunan” meriwayatkan hadits yang terdapat dalam “Sunan” Abu Dawud, dari Abu Darda’ ra. di mana ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Seorang mukmin senantiasa menjadi orang yang rajin ibadah dan shalih selama ia belum terkena darah yang haram, sehingga apabila ia sudah terkena darah yang haram, maka ia akan menjadi orang yang malas ibadah dan akhirnya jatuh pada kecelakaan dan kesengsaraan.
**** **** ****
Allah SWT benar-benar mengagungkan kesucian darah seorang Muslim dalam banyak nash (dalil syara’). Bahkan, Allah mengancam orang yang membunuh seorang Muslim secara sengaja dan terencana dengan beragam azab yang pedih. Hadits ini menjadi dalil bahwa setiap orang yang tidak membunuh seorang Muslim di medan perang, maka baginya pintu taubat sangat luas dan terbuka. Sebaliknya, akan menjadi sempit bahkan hampir tertutup baginya pintu taubat apabila ia membunuh saudaranya yang muslim.
Semua itu adalah bagi seseorang yang telah membunuh saudaranya sesama Muslim. Lalu, bagaimana dengan orang yang terus melakukan pembunuhan, penyiksaan, teror dan penangkapan terhadap kaum Muslim?!
Bagaimana dengan penguasa tiran Suriah, sementara ia terus-menerus melakukan pengrusakan tanaman dan binatang ternak, serta membantai manusia-manusia tak berdosa?!
Bagaimana dengan penguasa tiran Yaman, yang melakukan pembantaian dan menumpahkan darah kaum Muslim di rumah-rumah Allah?!
Bagaimana dengan Fir’aun Mesir yang menghalangi wakil rakyat menyentuh para penjahat dunia, bahkan ia berkomplot untuk memuluskan semua konspirasi?!
Bagaimana dengan tiran Libya yang telah menghabiskan puluhan tahun dalam menumpahkan darah tanpa alasan yang sah, dan meremehkan kesucian darah kaum Muslim?!
Bagaimana dengan tiran Tunisia yang memberikan Iblis dan tentaranya kekuasaan atas tanah hijau, kemudian menjadikannya hitam karena berbagai kerusakan, ketelanjangan dan ketidakadilan?!
Bagaimana para tiran Hijaz, Najd dan jazirah Arab pada umumnya, di mana mereka benar-benar telah menyerahkan semua aset umat kepada para tuan mereka di Barat?!
Bagaimana dengan semua penguasa kaum Muslim saat ini, di mana tidak ada seorang pun dari mereka yang bersih dari darah kaum Muslim?!
Sungguh, sangat aneh mereka ini. Mereka terus-menerus melakukan pembunuhan. Bahkan sebagian besar dari mereka tidak peduli sama sekali dengan azab Allah yang dipersiapkan-Nya untuk orang-orang yang lalim.
Namun, apa sikap kita terhadap mereka?
Apakah kita orang-orang yang diam? Atau berusaha untuk mengatasinya? Atau kita justru sebagai orang-orang yang menolong mereka?
Jika menambal baju dan memperbaiki sandal salah satu dari orang-orang lalim itu merupakan bentuk bantuan kepadanya dalam melakukan kezaliman, maka masing-masing kita hendaklah mengambil sikap kepadanya.
Entah diam saja tidak mengatakan kebenaran, dan itulah setan yang bisu.
Atau memperjuangkan kebenaran dengan terang-terangan, dan itulah orang mukmin yang setia kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.
Atau setia kepada para penindas atau menolongnya, dan itulah orang yang tidak ada bedanya dengan mereka dalam hal kejahatan dan pembantaian yang dilakukannya.
*** *** ***
Selamatkan diri kalian dari azab Allah di hari kiamat. Ingat! Orang yang akan selamat dari dari azab Allah hanyalah orang yang datang kepada-Nya dengan hati yang sehat dan membawa pahala amal-amal shalih.
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 22/5/2012.

Korban pembantaian di Suriah meningkat

Sejumlah korban selamat dalam pembantaian di kawasan Houla Suriah menceritakan peristiwa penyerangan dan pembunuhan anggota keluarga mereka yang dilakukan pasukan pemerintah akhir pekan lalu.
Beberapa saksi mata mengatakan mereka bersembunyi atau berpura-pura tewas agar selamat dari penyerangan.
Kebanyakan menyatakan militer dan milisi shabiha yang melakukan kekejaman tersebut, meski rezim Assad bersikeras serangan dilakukan ”teroris bersenjata”.
Pengamat PBB yang mengunjungi desa Taldou tempat dimana pembantaian berlangsung mengatakan mereka menemukan bukti serangan dari pasukan pemerintah.
Mereka juga mengkonfirmasi sekitar 108 korban, kebanyakan anak-anak, tewas akibat tembakan jarak dekat atau serangan pisau.
Sejumlah saksi mata yang berbicara kepada BBC mengatakan mereka meyakini bahwa militer dan anggota milisi shabiha yang bertanggung jawab.
“Kami berada di dalam rumah, mereka masuk, shabiha dan pasukan keamanan, mereka masuk dengan senjata Kalashnikov dan senapan mesin,” kata Rasha Abdul Razaq yang selamat dari serangan.
“Mereka membawa kami ke sebuah ruangan dan memukul ayah saya di kepala dengan senjata dan menembaknya tepat di dagu.”
Dari 20 anggota keluarga dan teman di dalam rumah, dia mengatakan hanya empat yang selamat.
Seorang warga lainnya, yang meminta dirahasiakan namanya mengatakan dia bersembunyi di loteng saat lelaki bersenjata menarik anggota keluarganya dan menembaki mereka.
“Saya buka pintu, dan saya banyak melihat jenazah, saya tidak bisa mengenali anak-anak saudara lelaki saya. Tidak bisa digambarkan. Saya punya tiga anak, saya kehilangan tiga anak,” katanya.
“Mereka membawa kami ke sebuah ruangan dan memukul ayah saya di kepala dengan senjata dan menembaknya tepat di dagu”
Rasha Abdul Razaq Saksi mata lainnya menceritakan bagaimana mereka ketakutan jika pasukan rezim kembali ke kawasan tersebut.
Jumlah korban tewas tidak diketahui secara pasti, tetapi wartawan BBC di Lebanon mengatakan jumlah kemungkinan bertambah dari keterangan saksi dan laporan dari pemerhati HAM di lapangan.[] bbc.co.uk

Remaja Masjid Pelosok Morowali Ikuti Pelatihan Kepemimpinan

DPD II Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Luwu Timur gelar latihan dasar kepemimpinan remaja Islam, Ahad (13/5) di Balai Desa Ungkaya, Kecamatan Wita Ponda, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Latihan yang difasilitasi Imam Abu Kalief dan Suyono Abu Fatih ini diikuti sekitar 30 remaja Islam masjid (Risma). Latihan ini bertujuan untuk membentuk karakter kepribadian remaja muslim yang bertakwa, cerdas dan bermoral.[] Kustaji Abu Naufal




Sabtu, 26 Mei 2012

Kalau Muslim Jangan Cengeng (Part I)

Apa yang terjadi di Bekasi beberapa waktu lalu memang mempermalukan “akal sehat agama”. Bagaimana tidak salah satu ordo Kristen yang bernaung di bawah Yayasan Mahanaim menawarkan proposal pemberian motivasi belajar kepada SDN  01, SDN 05 dan SD Al Hikmah, desa Mangunjaya, Kecamatan Tambun Selatan Bekasi. Tentu saja pengajuan proposal itu tidak atas nama Yayasan Mahanaim, tetapi atas nama Yayasan Satria Bangsa. Saat pemberian motivasi berlangsung nampak sekali upaya untuk pengenalan agama Kristen kepada para siswa, termasuk pada hadiah yang disediakan sarat dengan corak kekristenan, seperti gambar Yesus dan petikan ayat-ayat Bible[1]. Sebenarnya apa yang terjadi di Bekasi ini adalah fenomena gunung es kristenisasi di tengah umat Islam.
Kasus lain yang saya jumpai adalah pemberian beasiswa 394 anak dari keluarga muslim miskin di Pemalang oleh pihak gereja. Kalau beasiswa itu bersifat ikhlas tentu tidak ada masalah, akan tetapi ketika pemberian beasiswa itu mensyaratkan pelibatan anak-anak tersebut dalam kegiatan di gereja tentu mengundang tanda tanya besar. Saya masih ingat betul, bagaimana ada nada gusar dari salah seorang ulama sepuh yang beliau menyatakan dekat dengan Gus Dur. Bayangkan, kalau seorang yang dekat dengan Gus Dur yang dikenal ramah pada non muslim saja, sampai gusar, berarti pelanggaran itu bersifat mugholadhoh. Untunglah, masalah itu bisa terselesaikan ketika MUI beserta ormas Islam mengambil alih masalah tersebut.
Beberapa teman saya lihat sangat geram dan marah ketika menanggapi berita kristenisasi. Saya sendiri sering menanggapinya dengan kalimat pendek “nek watuk kuwi tambane gampang, nanging nek watak yo susah nambani ne”.  Mengapa demikian ? Karena kristenisasi adalah salah satu denyut nadi utama dalam agama Kristen, seperti yang dikatakan oleh Paus John Paul II, yang mengeluarkan fatwa gerejani agar kaum katholik mengambil tindakan untuk menyebarkan agama katholik. Ia mengemukakan pentingnya untuk melakukan Kristenisasi terhadap semua bagian dunia (to evangelise in all parts of the world).
Dalam “The Decree on The Missionary Activity of the Church” (Ad Gantes), disebutkan bahwa, “Gereja –apapun namanya- memiliki tugas suci untuk menyebarkan Injil kepada seluruh bangsa dan seluruh manusia. Sebab itu, semua manusia harus dijadikan Kristen dan menerima Yesus sebagai juru selamatnya.”  Dokumen ini disetujui dengan voting para peserta konsili dengan suara 2394 setuju dan 5 menolak dan diumumkan oleh Paus Paulus VI pada 18 November 1965[2]
Prinsip ini tidak hanya berlaku di Katolik, tetapi juga di kalangan Kristen Protestan. Posisi misi barangkali mirip dakwah dalam Islam. Oleh karena itu, tidak mungkin orang Kristen akan menghentikan aktifitas Kristenisasi, sebab ia adalah salah satu bilik utama dalam jantung agama mereka. Apabila bilik itu disumbat, maka ia akan sekarat, seperti fenomena yang kita lihat pada Kristen Eropa saat ini. Hanya saja karena umat Kristen itu tinggal di sebuah wilayah majemuk dengan beragam agama, maka tentu para misionaris itu harus belajar etika dalam bergaul di tengah masyarakat, sehingga dalam penyebaran agamanya tidak ngawur seperti “sales yang diburu target” kata seorang teman saya yang beragama Katolik.  Penginjilan tanpa etika ini memang sering memakan korban anak-anak, seperti dua kasus yang saya paparkan di atas.
Jangankan anak-anak yang berasal dari kalangan awam, anak seorang menteri agama pun tidak luput dari upaya propaganda dari misionaris Kristen. KH, Saifuddin Zuhri, yang menjabat Menteri Agama pada era Presiden Sukarno menceritakan pengalamannya terkait hal ini :
Semua orang tahu bahwa aku –meskipun Menteri Agama- tetapi selaku pribadi aku adalah orang Islam. Suatu hari datang kepadaku seorang propagandis Kristen menawarkan buku-buku bacaan ke-Kristenan untuk anak-anakku. Aku katakan kepadanya bahwa aku mempunyai perpustakaan pribadi di rumah, juga untuk anak-anakku … kalau kepada seorang Muslim yang kebetulan Menteri Agama propagandis Kristen dengan leluasa mendatanginya, betapa pula terhadap orang-orang Islam golongan awam[3]
Saya masih ingat betul,ketika kelas 3 SMP dulu, saya terbangun jam tiga malam, ketika mendengar rombongan anak-anak berjalan kaki. Mereka adalah murid-murid kelas tiga sebuah SMP Katolik, yang mayoritasnya (lebih dari 90%) adalah muslim. Kata teman saya yang mengikuti kegiatan tersebut, malam itu mereka disuruh berdo’a kepada Yesus di gereja, memohon supaya diberi kelulusan. Caranya gimana tanya saya ? Disuruh menulis di kertas, kemudian kertas tersebut dibakar di altar. Tentu saja saya tidak akan mempermasalahkan tata cara berdo’a nya, namun waktu itu saya sudah berkesimpulan bahwa hal itu sangat mencederai keyakinan dasar seorang muslim.
Obyek Penderita Itu Tidak Enak
Ada sebuah eksperimentasi sederhana, dari beberapa teman yang kebetulan menjadi pegiat dalam penanggulangan kristenisasi. Kira-kira empat tahun lalu, beberapa teman membuat satu booklet sederhana yang berisi perbandingan konsep ketuhanan antara Islam dan Kristen. Yang tentu saja dibuat dari sudut pandang seorang  muslim. Kemudian booklet sederhana itu di taruh di atas jok-jok sepeda motor yang terparkir di halaman gereja yang sedang melakukan kebaktian. Di booklet itu disertakan nomor kontak dan alamat email. Respon yang diterima via sms sangat beragam, mulai dari mencaci maki sampai mengeluh. Tetapi mayoritas mereka menyampaikan keluhan yang intinya, “mengapa kalian mengganggu iman kami ? padahal kami tidak pernah mengganggu kalian ?”.  Ratusan keluhan senada masuk dalam sms kontak yang dicantumkan. Padahal dalam obyek pemilihan penyebaran selebaran adalah gereja yang dalam penilaian teman-teman, cukup aktif melakukan “kristenisasi” di tengah masyarakat.
Satu hal yang menarik, karena pelaku lapangnya adalah teman yang lugu dan lurus-lurus saja, ia akhirnya ditangkap oleh satpam gereja dan kemudian diserahkan ke pihak kepolisian. Dan di kepolisianpun ia ketika diberitahu akan dimeja hijaukan, sekali lagi dengan lugu menjawab. “Justru saya memang ingin dimeja hijaukan, sebab baru satu macam brosur yang saya bagikan. Sedangkan saya punya bukti setumpuk buku dan brosur yang dibagikan pihak kristen ke keluarga-keluarga muslim.” Sambil meletakkan tumpukan buku dan brosur hasil laporan masyarakat yang merasa resah dengan “pembagian brosur dan buku” dari pihak kristen ke keluarga mereka. Akhirnya, pihak kepolisian dan pelapor dari pihak gereja pun tidak melanjutkan kasus ini. Dan ternyata, menjadi obyek itu memang tidak mengenakkan.  Wallahu a’lam bish showab.
Oleh : Arif Wibowo - Pemerhati Sejarah Dan Aktivis INSIST
Red : Aditya Abdurahman Abu Hafidz
[1] Ada Upaya Pemurtadan Berkedok Mobil Pintar, berita di HU Republika, Selasa 25 Oktober 2011, hal. 12 kolom 2-3.
[2] Rizki Ridyasmara, 2006, Gerilya Salib di Serambi Mekkah, Dari Zaman Portugis hingga Paska Tsunami”, Pustaka Kautsar Jakarta. Hal. 158
[3] AG Muhaimin , KH Saifuddin Zuhri : Eksistensi Agama dalam Nation Building  dalam Azyumardi Azra, Dr, dkk, Menteri-Menteri Agama RI, Biografi Sosial Politik, (Jakarta : Kerjasama INIS-PPIM-Balitbang Depag  : 1998) hlm. 237.


Kalau Muslim Jangan Cengeng (part II): Mencari Akar Stigma

Dalam sebuah pertemuan, Franz Magnis Suseno, salah seorang Jesuit Senior di Indonesia terlibat pembicaraan serius dengan Dr.  Adian Husaini, salah cendekiawan muda muslim. Inti pembicaraan itu adalah keberatan Romo Magnis, atas penolakan umat Islam pada salah satu pembangunan gereja Katolik di salah satu wilayah di Jakarta. Padahal kata Franz Magnis, gereja yang ada sudah tidak lagi mampu menampung jemaah yang ada, yang mengalami perkembangan secara alami, melalui kelahiran dan migrasi. Nampaknya Adian Husaini bisa memahami keberatan Franz Magnis Suseno, namun Adian juga menunjukkan beberapa fakta yang selama ini mungkin tidak terlintas dalam benak seorang Magnis Suseno.  Pendirian gereja, kata Adian Husaini, di kalangan masyarakat muslim, sering dipandang sebagai sebuah ekspansi keagamaan bukan sekedar kebutuhan akan tempat beribadah. Gereja identik dengan kristenisasi, dan stigma ini kata Adian Husaini, tidak muncul dari sebuah sikap su’udzon (prasangka buruk) tetapi karena fakta yang memang terjadi di masyarakat.
Kemudian Dr. Adian Husaini membuka laptop dan menunjukkan salah satu acara di sebuah Sekolah Tinggi Theologia di Jakarta, dimana semua peserta lelakinya menggunakan peci dan perempuannya berjilbab. Acara tersebut berjudul “Lomba Thilawatil Injil”, dimana injil dibaca dengan bahasa arab dan dilagukan persis seperti para qari dan qari’ah membaca Al Qur’an saat Musabaqoh Tilawatil Qur’an. Selain itu juga ditunjukkan pertunjukkan “Shalawatan Kristen” yang nge “plek” tradisi shalawatan di masyarakat muslim. Belum selesai klip di putar, Franz Magnis Suseso bergumam “Menjijikkan”. Sebuah komentar spontang dari seorang Franz Magnis Suseno. Jadi, seandainya ada anggapan bahwa “gereja” identik dengan “kristenisasi” sesungguhnya stigma itu muncul juga akibat ulah “sebagian” orang kristen itu sendiri. Kalau kemudian orang Katholik yang cukup disiplin dalam pembangunan gereja ikut kena imbas, jangan hanya menuding umat Islam, pihak Kristen juga harus berani membenahi unsur internalnya dari kelompok “bandel”  dan “bengal” yang jumlahnya juga tidak sedikit.
Apa yang disampaikan Dr. Adian Husaini yang menyebabkan Franz Magnis Suseno secara spontan berujar “menjijikkan” itu barulah sejumput kecil fakta dan sebenarnya juga tidak terlalu “istimewa”.  Bagi rekan-rekan yang pernah nyantri di Ma’had Al Adhzar Bogor di tahun 1993-an tentu tidak akan lupa kisah penyamaran seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Theologi ke pesntren tersebut. Suatu ketika seorang perempuan muda berjilbab, mengaku mualaf datang ke pesantren dengan alasan diusir oleh pihak keluarga. Oleh para santriwati diterima dengan baik, dan ikut terlibat aktif di kegiatan pesantren. Namun setelah satu bulan berselang, para santriwati yang selama ini memperlakukan “mualaf” tersebut dengan baik dibuat terperangah, sebab pada hari itu sang “mualaf” tampil beda, dengan kaos dan jeans ketat datang membawa mobil mengambil barang-barangnya yang di pesantren. Ternyata “mualaf gadungan” tadi adalah salah seorang mahasiswi S2 salah satu Sekolah Tinggi Theologia di Jakarta yang sedang mencari bahan untuk keperluan thesis nya tentang pesantren.  Bagi orang Islam, kejadian ini adalah di luar akal sehat agama. Dan kejadian ini kata menurut beberapa sumber, terjadi di banyak tempat.
Atau kejadian di salah satu pesantren di Sawangan Magelang, dimana rombongan mahasiswa S2 sebuah Sekolah Tinggi Theologia dengan alasan untuk memperdalam pendidikan multikultural meminta ijin untuk menginap selama sebulan dengan para santri. Karena keluguan pak kyai, pihak pesantren pun memperbolehkan, meski akhirnya karena adanya masukan, program ini berlangsung hanya satu minggu. Bisa dibayangkan bukan, bagaimana wujud dialog multikultural itu ketika anak-anak SD di sebuah daerah lereng pegunungan harus berdiskusi dengan para mahasiswa S2 yang berasal dari perkotaan yang melek IT ? Bila kemudian muncul keberatan hal itu bukan dari kekhawatiran yang tidak berdasar, sangat berbeda bila para mahasiswa itu mau nginap di kantor ISID Gontor, misalnya. Kalau mereka mau berdiskusi theologi dengan Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi atau Dr.Adnin Armas, tentu tak masalah.
Dan bagi saya, yang hobi njelajah desa milangkori, bersilaturahmi dengan banyak teman di beberapa wilayah rawan kristenisasi, saya juga makin sepakat bahwa stigma “pembangunan gereja” identik dengan “kristenisasi” bukanlah tuduhan tidak berdasar. Dan mungkin reportasenya akan saya buat berseri. Ketika ada seorang teman yang menanyakan apakah dengan menyampaikan hal semacam ini anda tidak kuatir menyinggung perasaan teman kristen saya, saya hanya menjawab “Alhamdulillah, kalau di facebook hanya dua yang meremove pertemanan sementara puluhan lainnya masih baik dan bertegur sapa. Dan hal itu tidak dianggap masalah, sama seperti ketika beberapa teman kristen keberatan dengan ulah “radikal” beberapa muslim, dan saya juga tidak akan berkeberatan menjelaskan fenomena ini kepada mereka”.
Oleh : Arif Wibowo – Aktivis Insist
Red : Aditya Abdurahman Abu Hafidz


Kalau Muslim Jangan Cengeng (part III): Sepertinya Kita Memang Pemarah

Wilson, laki-laki paruh baya, berusia kurang lebih 65 tahun itu awalnya diam seribu basa, ketika kutemui di ruang tahanan Mapolres Surakarta. Maklum, dalam dua hari ini berita dan bahasa yang datang padanya adalah bahasa intimidasi. Mulai dari cacian dan makian kepadanya, maupun berita dari istrinya tentang rumahnya yang selalu dimata-matai orang.  Entah apes karena tidak sengaja, atau memang sengaja atau karena kebodohannya, saya juga kurang tahu. Yang jelas, Wilson terpaksa harus mendekam di tahanan karena dalam sebuah talksahow di salah satu radio di Solo, ia bilang bahwa Muhammad dan Khadijah, sebelum turunya wahyu ke Rasul an adalah seorang penganut Kristen.
Talkshow yang disiarkan secara “live” dan menjangkau telinga seluruh pendengar radio tersebut tak pelak memicu kemarahan umat Islam.  Mungkin Wilson tidak paham, bahwa kristianitas tidak pernah bisa menaklukkan paganisme dunia arab, ia memang berhasil mengkristenkan eropa tapi gagal total di jazirah Arab. Menurut, Prof. A’zami wilayah yang bisa dikristenkan hanya terbatas  pada Bani Harith dari Najran, Bani Hanifa dari Yamama dan beberapa Bani Tay dari Tayma (Prof. Azami, Sejarah Teks Al Qur’an dari wahyu sampai kompilasi, hal. 24). Itupun melalui kekuatan bersenjata. Mayoritas wilayah arab tetap dikuasai para penganut pagan dan para “hanifiyah” pengikut Ibrahim yang menolak ritual pagan. Kristenisasi bersenjata besar-besaran terhadap yang dilakukan Raja Abrahah untuk meruntuhkan simbol pewaris Ibrahim,yakni “Ka’bah” digagalkan oleh campur tangan Allah SWT secara langsung melalui “kerikil neraka” yang ditebarkan burung ababil. Kisah ini diabadikan dalam Al Qur’an. Kejadian ini diratapi oleh Thomas Right dalam bukunya Early Christianity ini Arabia.
“Perseteruan antara Islam (millah Ibrahim) dan Kristen  terjadi sejak tentara Kristen pimpinan Raja Abrahah menyerang Ka”bah dua bulan sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Di situ tentara Abrahah kalah telak bahkan tewas. Kalau saja tentara Kristen tidak kalah, mungkin seluruh jazirah itu berada di tangan Kristen, dan tanda salib terpampang di Ka’bah. Muhammad pun mungkin mati sebagai pendeta”(Hamid Fahmi Zarkasyi, Pengantar dalam Jurnal Islamia, Kritik Atas Framework Studi Islam Orientalis, vol. II no. 3 hal. 5).
Kembali ke masalah Wilson tadi, setelah melalui obrolan ringan, saya yang ditemani Mr. K, akhirnya bisa mengajak Wilson berbicara dengan santai. Perjalanan spiritual Wilson memang cukup panjang, awalnya ia adalah santri dari sebuah pesantren di Kebumen. Lahir dari sebuah keluarga haji yang taat beragama. Pergaulannya akhirnya mengantarkan dia menjadi pemeluk Katolik. Minat belajarnya yang besar pada bidang theologi, mengantarkannya pada pemberontakan terhadap doktrin Katolik.  Ia pun beralih menjadi seorang protestan, gereja kristen Jawi, yang tetap saja tidak mengantarkannya kepada ketenangan. Ia berpindah lagi, pada gereja yang menurutnya lebih reformis, yakni Kristen Advent, yang memang dalam rumusan theologinya sangat menampakkan pembangkangan terhadap Vatikan. Advent menurutnya lebih “Injili” karena beribadat di hari Shabbat, dan tidak natalan di tanggal 25 Desember, yang menurut beberapa sumber memang pengaruh dari mithologi Yunani akan Dewa Matahari. Namun entah mengapa, ia tidak puas, sampai akhirnya ia menganut agama Kristen yang ia sebut Kristen pribadi, terbebas dari denominasi apapun.
Ketika saya tanya tentang bagaimana konstruk “iman” dari “Kristen Pribadi” nya itu, ia menyatakan bahwa hanya ada “Satu Tuhan” yaitu Allah, dan “Yesus” adalah “Tuan” bukan “Tuhan” sebab menurutnya dalam Bible yang asli sebutannya adalah “Lord” bukan “God”. Saya sendiri kurang faham, apakah uraiannya itu memang alkitabiah. Tidak berhenti sampai di situ, Wilson juga meyakini bahwa Al Qur’an adalah wahyu Tuhan, dan Muhammad adalah nabi. Ketika saya tanya, mengapa tidak masuk Islam, ia menjawab “saya memilih menjadi pengikut Nabi Isa”. Dia juga bercerita bahwa ia menjalankan ritual sholat, sebab para pengikut Nabi Isa juga sholat, bukan sholat lima waktu tentunya. Yang jelas, tidak ada ketegangan dalam dialog yang tanpa terasa berjalan dua jam tersebut. Sebetulnya saya ingin meneruskan dialog tersebut, tapi oleh pak Polisi diberitahu bahwa waktu kami sudah habis. Di akhir pembicaraan Wilson sempat berterima kasih, karena uneg-unegnya telah keluar, dia bilang bahwa ini semua salah paham karena kebodohannya.
Hal ini tentu sesuatu yang baru bagi saya, apalagi ketika saya mencari informasi kepada tetangganya di Mojosongo bercerita bahwa Wilson memang mempunyai kebiasaan tilawah Al Qur’an di rumahnya tiap habis maghrib. Suaranya merdu, kata tetangga yang rumahnya berdekatan dengan Wilson. Belakangan saya tahu, ketika sehabis berdiskusi dengan Dr. Tjahyadi Nugraha, bahwa Wilson adalah seorang Kristen Unitarian. Karena menurut Dr. Tjhayadi, Wilson adalah salah satu gurunya. Meski saya melihat ada alur yang berbeda, sebab kalau dalam pembicaraan dengan Wilson nampak ada “kerinduan terpendam” terhadap Islam (ini tafsiran saya pribadi), berbeda dengan Pdt. Tjahjadi yang memang seorang unitarian. Sebagai penjelas, Kristen Unitarian adalah salah satu sekte Kristen yang menolak “Ketuhanan Yesus”, sekte ini masih bertahan dan berkembang di Eropa, pada saat Dinasti Umayah berkuasa di Andalusia. Namun, ketika Andalusia jatuh ke tangan King of Aragon yang Katolik, para penganut sekte ini masuk ke dalam daftar mereka yang dihukum mati lewat mahkamah inkuisisi. Sebagian mereka kemudian menjadi converso (penganut katolik baru) supaya lepas dari hukuman, dan sebagian melarikan diri ke Amerika, dengan mempertahankan unitarianisme nya.
Kembali ke soal Wilson, sesudah pembicaraan tersebut, saya berbicara kepada beberapa “tetua” yang ditokohkan di kalangan umat Islam Solo. Sebaiknya kasus Wilson ini jangan dibawa ke ranah hukum, yang lebih utama adalah bagaimana Wilson ini harus mengklarifikasi pernyataannya kepada publik dengan pembanding Ustadz Solehan. Karena umat Islam Solo mempunyai kristolog yang jenius seperti Ustadz Solehan. Hal ini tentu akan menarik, sebab kalau Wilson menceritakan pengalaman hidupnya, saya yakin yang merasa diserang bukan umat Islam tapi justru Umat Kristen, yang memang secara “aqidah” berseberangan dengan “Kristen Pribadi” nya Wilson. Namun, belum lagi diskusi selesai, sudah ada kabar bahwa rombongan dari kelompok “A” sudah menyandera stasiuan radio tersebut, dan mengambil pemancarnya, dengan alasan akan dijadikan sebagai bahan bukti. Tentu sebagai anak baru, di Solo, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya saya menyayangkan, andai terjadi diskusi jilid II tentu akan lebih bermanfaat, sekaligus memberikan pengertian pada umat Islam bahwa uraian Wilson adalah salah. Selain itu juga biar ada introspeksi pada pihak Kristen terutama yang misionaris bahwa tidak selayaknya mereka merecoki “iman” umat Islam, sebab, internal iman mereka juga menyimpan pertentangan yang sangat serius, bukan sekedar “ikhtilaf” (perbedaan) tapi lebih pada “iftiraq” (perpecahan). Namun sekali, lagi, nampaknya “kekuatan fisik” memang terlihat lebih keren.
Oleh karena itu, ketika di TV One disiarkan bagaimana salah satu kelompok umat Islam mendemo ‘Yayasan Mahaneim” – yang melakukan Kristenisasi berkedok Mobil pintar di Bekasi – dengan jalan membawa penthungan dan membakar ban, entah kenapa saya jadi ingat kembali kasus Wilson. Efektifkah cara itu, atau justru cara itu akan menjadi kekuatan pengalih isu di media, bahwa di Bekasi  ada demo umat Islam yang anarkis. Sehingga fokus pemberitaan tidak pada “Kristenisasi” tapi justru pada demo yang anarkis. Masih belum cukupkah, kita mengambil hikmah dari kasus Temanggung. Ketika Antonius Richmond Bawengan menyebarkan propaganda anti Islam di pemukiman muslim. Intensitas demo dan massa yang tinggi, disusupi para provokator yang kemudian bergerak merusak gereja. (dari beberapa laporan, yang bergerak dan membakar memang kelompok provokator ini). Hingga berita pelecehan Islam oleh Antonius Richmond Bawengan hilang, dan berhari-hari kita disuguhi headline perusakan gereja. Menarik, kalau kita ingat pesan Buya Hamka, saat menghadapi De Islamisasi yang dilakukan negara  di awal-awal Orde Baru, yang saat itu di think-thank i oleh murid-murid Pater Beek. Menghadapi tekanan yang jauh lebih kuat itu, Buya Hamka menekankan untuk menghadapinya dengan kepala dingin dan cerdas, bukan kemarahan, penthungan apalagi bakar ban. (episode IV, pesan Buya Hamka)
Oleh : Arif Wibowo – Aktivis Insist
Red : Aditya Abdurahman Abu Hafidz


( source : 
http://www.undergroundtauhid.com/kalau-muslim-jangan-cengeng-part-iii-sepertinya-kita-memang-pemarah/ )

Kedokteran Islam: Integrasi Kedokteran Modern dan Thibbun Nabawi

Banyak opini yang berkembang tentang keberadaan kedokteran Islam, namun kebanyakan opini tersebut menyempit menjadi opini yang menyederhanakan kedokteran Islam menjadi kedokteran nabi (thibbun nabi). Empat hal yang disebut-sebut berkaitan dengan kedokteran Islam (1) kebiasaan sehat Rasulullah seperti puasa sunah, tidak makan sebelum lapar, berhenti sebelum kenyang, dll; (2) mengkonsumsi madu atau habatussaudah (3) bila sampai sakit, terapinya adalah bekam; (4) untuk penyakit karena pengaruh sihir dilakukan ruqyah syar’iyah. [1]
Ilmu kedokteran Islam didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang model dasar, konsep, nilai, dan prosedur- prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Prosedur medis atau alat pengobatan yang digunakan tidak spesifik pada tempat atau waktu tertentu. Ilmu kedokteran Islam itu universal, mencakup semua aspek, fleksibel, dan mengizinkan pertumbuhan serta perkembangan berbagai metode investigasi dan pengobatan penyakit. [2]
Dengan demikian, penyederhanaan seperti di atas merupakan hal yang tidak mutlak dapat dibenarkan, walaupun cara-cara pengobatan yang disebut-sebut berkaitan dengan kedokteran Islam tersebut merupakan bagian dari kedokteran Islam itu sendiri.  Bahkan, bisa dikatakan bahwa life style dan pedoman hidup sehat yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah kebenaran hakiki yang tidak diragukan manfaatnya bahkan dalam penelitian modern lambat laun diketahui manfaat medisnya melalui berbagai penelitian.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al- Ahzab: 21) [3]
Pada ayat di atas ditegaskan, bahwa segala hal yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW merupakan teladan yang baik, tidak terkecuali dalam hal pengobatan dan kedokteran. Banyak sunnah-sunnah Rasul yang setelah diteliti lebih lanjut, ternyata terbukti memberikan manfaat. Orang yang melakukan wudhu’ dengan baik, termasuk di dalamnya melakukan istinsyaq (menghirup air lewat hidung) dan istintsar (mengeluarkan air yang dihirup lewat hidung), menurut hasil penelitian Prof. DR. Syahathah dari bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas Alexandria, istinsyaq dapat membersihkan hidung dari kuman-kuman dan istintsar dapat mengeluarkan kuman tersebut sehingga mengurangi terjadinya infeksi hidung. [4]
Begitu pun dengan cara pengobatan misalnya dengan menggunakan madu. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari madu yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah telah terbukti kebenarannya. George (2007) serta Gethin (2008), telah mendemonstrasikan bahwa madu dari tumbuhan Leptospermum Scoparium memiliki aktivitas antibakteri yang tinggi, bahkan tim dokter Divisi bedah plastic RSCM meneliti lebih lanjut efek anti bakteri tersebut mendapatkan hasil bahwa tiga jenis bakteri yang terkenal berbahaya yaitu, Pseudomonas sp, Stapilococus sp serta bakteri yang terkenal karena kebal terhadap berbagai antibiotic, MRSA (methicillin-resistant stapilococus aureus) ternyata dapat dimatikan oleh madu. [5]
Kedokteran Islam Modern
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bahwa Nabi SAW telah memerintahkan  dokter melakukan pembedahan perut pada seorang laki-laki yang mempunyai penyakit kronis pada perut. . Dokter itu berkata “Ya Rasulullah, mungkinkah seni kedokteran membantu dalam hal ini? Nabi menjawab “Jika jenis pengobatan ini terbukti berhasil, maka metode pengobatan ini hendaklah dipakai di sini”. [6]
Rasulullah tidak melarang pengobatan modern, malahan memberikan pengajuran yang kuat padanya, beberapa hadits lain juga menerangkan bahwa Rasulullah pernah memanggil dokter untuk pengobatan salah satu sahabat Anshar yang mengalami pendarahan internal, bahkan Rasulullah ketika menjelang  wafatnya, beberapa dokter baik Arab maupun non Arab selalu datang selalu datang serta duduk di samping beliau dan mengobati beliau. [7]
Penyederhanaan kedokteran Islam menjadi kedokteran nabi sesungguhnya juga tidak terjadi pada masa-masa kejayaan Islam. Pada saat itu kaum muslimin secara sadar melakukan penelitian-penelitian ilmiah di bidang kedokteran secara orisinal dan memberikan kontribusi yang luar biasa di bidang kedokteran. Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis, dan Ibn- Maimon.
Ibnu Sina misalnya, dokter kelahiran Persia yang telah menghafal al Qur’an sejak usia lima tahun ini, tidak hanya dikenal sebagai Bapak kedokteran Islam, dunia pun menyebutnya sebagai Bapak Kedokteran dunia. Tidak berlebihan, karena perkembangan dunia kedokteran awal tidak bisa terlepas dari nama besar Ibnu Sina. Ia juga banyak menyumbangkan karya-karya original dalam dunia kedokteran. Dalam Qanun fi Thib misalnya, ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga adalah orang yang memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, dan ini dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya. Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya. Ia pun adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa ada kaitan dan saling mendukung. [8]
Kedokteran: Potret Kekinian
“Tidak ada penyakit yang Allah ciptakan, kecuali Dia juga menciptakan cara penyembuhannya” (HR Bukhari).   
Keyakinan ini, hendaknya memotivasi para dokter untuk senantiasa menggali dan mengembangkan ilmu kedokterannya serta mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Mengobarkan semangat para praktisi kesehatan Nabi (thibbun nabawi) untuk menggali  teladan-teladan dari pola hidup Rasulullah SAW dan mulai melakukan penelitian sehingga kedokteran Nabi ke depannya akan menjadi kedokteran yang terbukti keilmiahannya, diterima secara global dan bisa jadi menjadi pintu masuk hidayah bagi dokter-dokter barat yang memiliki kecintaan pada bidang kedokteran ini.
Namun dikotomi yang terjadi dewasa ini, telah membuat jarak yang jauh antara kedokteran modern dan thibbun nabawi. Sehingga ketika disebut kedokteran Islam identik dengan thibbun nabawi saja. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan, terjadi hubungan antagonistis antara  kedokteran modern dengan kedokteran nabi. Tidak jarang kita temukan, seorang pasien yang berobat kepada dokter modern, dan si dokter mencela kedokteran cara nabi  begitu pun sebaliknya banyak kita temukan orang yang mengaku sebagai praktisi pengobatan nabi mempengaruhi pasien akan dampak negatif kedokteran modern, yang lebih menakutkan ada kalanya si praktisi kedokteran nabi  tersebut jatuh ke dalam tahap fitnah terhadap kedokteran modern, padahal seharusnya para praktisi kedokteran nabi tidak hanya mengobati pasien dengan sunnah yang diajarkan Rasul SAW, tetapi juga mencontohkan melalui perilakunya sendiri.
Idealnya, seorang yang melakukan praktek kedokteran dalam kedokteran Islam, baik itu dokter modern ataupun praktisi thibbun nabawi hendaklah berperan deliberative (sebagai guru yang memberitahu pasien apa yang harus dikerjakan dan mengapa hal itu harus dikerjakan) [9] sehingga hubungan dokter pasien atau praktisi kesehatan dan pasien menjadi efektif untuk penyembuhan pasien.
Bagi seorang dokter dalam melaksanakan tugasnya berlaku “Aegroti Salus Lex uprema” yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi [10] jika pengobatan nabi merupakan pengobatan yang dapat menyembuhkan pasien, maka tidak ada salahnya jika seorang dokter menyarankan melaksanakan thibbun nabawi pada pasiennya, dan para praktisi kedokteran nabi tentu akan dapat mencontoh Nabi SAW yang membolehkan bahkan menyarankan  kedokteran modern jika itu berguna untuk kemaslahatan.
Penelitian kedokteran modern yang berkembang pesat, hendaklah dimanfaatkan oleh dokter-dokter muslim untuk menemukan pengobatan penyakit mau pun mengambil pelajaran dan hikmah sehingga dokter-dokter muslim dapat kembali merasakan zaman keemasan kedokteran Islam. Di samping itu, dokter muslim yang mendalami ilmu kedokteran modern hendaklah menjadi agen kedokteran Islam dengan berperilaku yang mencerminkan akhlakul karimah.
Pengobatan cara nabi (thibbun nabawi) yang terkesan berkembang lambat karena hanya sedikit diterapkan dalam kehidupan modern. Haruslah melakukan riset yang konseptual dan sistematis. [11] Hal ini sesungguhnya didukung oleh hukum kesehatan Indonesia. Dimana pada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) [12]  pasal 47 menyatakan bahwa pengobatan tradisional dapat terus ditingkatkan dan dikembangkan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Sehingga dengan pengembangan dan peningkatan mutu disertai dengan riset konseptual dan sistematis pengobatan cara nabi (thibbun nabawi) akan diterima secara universal.
Penutup: Kedokteran Islam Integrasi Kedokteran Modern dan Thibbun Nabawi
“Mohonlah kepada Allah kesehatan. Sesungguhnya karunia yang paling baik setelah keimanan adalah kesehatan” (HR Ibnu Majah)
Mayoritas orang memiliki kecenderungan mencari pengobatan instan, baik medis maupun alternative. [13] Harapan terbesar orang yang sakit adalah menjadi sehat kembali. Dokter modern maupun praktisi kedokteran nabi (thibbun nabawi) ataupun kedua-duanya tidaklah bisa memberi kesembuhan, karena sesungguhnya Allah lah yang maha menyembuhkan.
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ﴿٨٠﴾
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku.” (QS. Asy Syu’araa’: 80) [14]
Baik dokter modern maupun praktisi thibbun nabawi sudah seharusnya berusaha untuk kesembuhan pasiennya, dan berusaha mengembalikan kejayaan kedokteran Islam dengan cara memperkaya khazanah ilmu masing-masing, memberikan pelayanan kesehatan yang professional dan menunjukkan nilai-nilai keislaman serta saling mendukung dan bekerja sama dalam rangka ikhtiar untuk kesembuhan pasien.
Sudah saatnya kedokteran Islam menjadi kiblat kedokteran dunia, tidak hanya dengan menjalin hubungan teraupetik dan deliberative tetapi juga edukatif terhadap pasien-pasiennya tentang makna sehat dan pengobatan itu sendiri. Tugas dokter, praktisi kesehatan nabi, mahasiswa kedokteran bahkan mahasiswa pada umumnya dan masyarakat secara keseluruhan untuk menanamkan paradigma berfikir yang benar tentang kedokteran Islam yang merupakan integrasi kedokteran modern dengan penerapan akhlakul karimah dan pengobatan cara nabi (thibbun nabawi) yang diiringi evidence base medicine (EBM).
Semoga bermanfaat.
Oleh : Vivi Kurnia
Red : Aditya Abdurahman Abu Hafidz
Catatan Kaki:
[1] Dr. Fahmi Amhar, Kedokteran Islam Pakai Uji Klinis, dimuat di Media Umat no. 2, November 2008
[2]  Professor Dr Omar Hasan Kasule Sr. MB ChB (MUK), MPH & DrPH. concept of Islamic medicine. Int. Med J Vol 4 No 1 June 2005 akses melalui http://www.eimjm.com/Vol4-No1/Vol4-No1-H2.ht pada 16 Maret 2012
[3] Al Qur’an al-karim
[4] Assegaf, Muhammad Ai Toha. 365 Tips sehat ala Rasulullah. 2009. Hikmah.Jakarta
[5] Sudjatmiko, Gentur. Madu untuk obat luka kronis. 2011. Yayasan khazanah kebajikan. Tangerang
[6] As-Suyuti, Abdurrahman Jallaludin. Pengobatan cara nabi. 2006. Pustaka hidayah. Bandung
[7] As-Suyuti, Abdurrahman Jallaludin. Pengobatan cara nabi. 2006. Pustaka hidayah.bandung
[8] Ibnu Sina: Bapak Kedokteran Dunia (2).  Rubrik khazanah Islam 12 Maret 2012 akses melalui http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/14/m0vk2o-hujjatul-islam-ibnu-sina-bapak-kedokteran-dunia-2 pada 17 Maret 2012
[9] Revino, Ana Rima. Peran Ilmu Kedokteran Wisata dalam Pencegahan penyebaran Avian Influenza.2006. Pdf diunduh pada 17 Maret 2012
[10] Hanafiah, Jusuf. Amir, Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. 1999. EGC. Jakarta
[11] Assegaf, Muhammad Ai Toha. 365 Tips sehat ala Rasulullah. 2009. Hikmah.Jakarta
[12] Hanafiah, Jusuf. Amir, Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. 1999. EGC. Jakarta
[13] Ramadhani, Zainur Egha. Sehat Berpahala. 2009. Pro-U media. Yogyakarta
[14] Al Qur’an al-karim